Jakarta, 9 Juli 2024 – Tindakan cepat dan tepat menjadi simbol kuat kesetiakawanan Indonesia dalam membantu sesama, sebagaimana ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo melalui keberangkatan bantuan kemanusiaan ke Papua Nugini dan Afghanistan. Di pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, kemurahan hati bangsa Indonesia dipadukan dengan komitmen untuk meringankan beban negara-negara yang sedang dilanda bencana.
Dengan nilai total lebih dari Rp35 miliar, bantuan tersebut dikemas dalam bentuk obat-obatan, makanan, dan keperluan bersih diri yang sangat dibutuhkan oleh korban di kedua negara tersebut. Khusus untuk Papua Nugini, pemulihan mereka dari tanah longsor besar di wilayah Engga akan mendapatkan suntikan yang sangat berarti dari Indonesia sebesar Rp18 miliar. Sedangkan Afghanistan, yang juga sedang berjuang pulih dari gempa bumi mematikan, akan mendapatkan dukungan senilai Rp17,5 miliar untuk membantu korban jiwa yang terus bertambah serta pengungsi yang jumlahnya terus mengalir.
Presiden Jokowi, dalam nada yang diisi dengan empati dan solidaritas, mengungkapkan, “Kita harus membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, karena itu hari ini akan kita kirimkan bantuan kemanusiaan untuk saudara-saudara kita yang tertimpa musibah di Papua Nugini maupun di Afghanistan.” Pesan ini penuh dengan semangat kebersamaan dan tanggung jawab moral untuk memperlihatkan kepedulian bangsa Indonesia kepada dunia.
Kehadiran para pejabat tinggi negara seperti Muhadjir Effendi, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, tidak hanya menegaskan pentingnya momen ini tapi juga menunjukkan dukungan penuh kabinet terhadap upaya-upaya kemanusiaan yang sedang dilakukan.
Ditambah dengan pengutusan delegasi khusus yang diharapkan Jokowi dapat “menjalankan tugas dengan baik dan kembali ke tanah air dalam keadaan sehat,” kepedulian Indonesia terhadap kondisi darurat di negara lain menjadi jelas. Ini adalah sinyal bahwa Indonesia tidak canggung berdiri di garis depan untuk menolong sesama ketika kesulitan melanda.
Kontribusi bantuan ini tidak hanya sebatas pada pemulihan pasca bencana, tapi juga berfungsi sebagai fondasi yang akan semakin memperkokoh hubungan Indonesia dengan Papua Nigini dan Afghanistan. Seperti pada karpet merah yang tergulung, Indonesia menunjukkan bahwa kerjasama kemanusiaan internasional dan diplomasi bencana adalah dua aspek yang tak terpisahkan dalam manifestasi kebijakan luar negerinya.
Tindakan solidaritas ini, yang termanifestasi dalam format bantuan serius, merupakan pernyataan bahwa Indonesia tidak hanya sebagai negara yang bertahan dalam kesulitan sendiri tapi juga sebagai sahabat yang tulus bagi negara-negara yang membutuhkan. Relasi antarbangsa, melalui dukungan dalam masa kritis, menjadi tiang penyangga yang kuat dari persaudaraan kemanusiaan yang dicanangkan oleh Indonesia di panggung internasional.